8/24/2011

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Teman-teman yang luar biasa,

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

Salam sukses luar biasa!!!
-Andrie Wongso

Sumber : Pembelajar.com

8/23/2011

5 Efek Paling Berpengaruh Bagi Pasar Buku Indonesia

Minggu, 27 Pebruari 2011 14:03

Istilah best seller di Indonesia pun makin bermakna manakala sudah ada buku di Indonesia yang bisa menembus angka penjualan 50.000 eksemplar

dalam setahun, bahkan ratusan ribu eksemplar. Pembaca buku Indonesia disodori dengan variasi tema buku yang beragam dan penggarapan yang juga sangat baik, tidak kalah dengan buku-buku terbitan luar negeri.

Di samping itu, muncul fenomena pemberi efek terbesar dalam pasar buku Indonesia yang menarik untuk dicermati. Saya hanya menyusun lima pengaruh terbesar meskipun pandangan ini tidak lepas dari subjektivitas dan pengamatan terbatas saya di dunia perbukuan.
Berikut lima efek tersebut.

1. Efek MLM
Multilevel Marketing (MLM) baru mulai bertumbuh di Indonesia pada pertengahan 90-an. Beberapa MLM yang cukup punya nama dan eksis hingga kini adalah Amway, High Desert, Tianse, CNI, dan juga KK Internasional. MLM ini berkembang mirip dengan partai politik dan mereka memiliki leader-leader kharismatik sekaligus kader-kader militan. Sekali sang leader bilang bahwa sebuah produk bagus dan bisa memotivasi maka produk itu pun akan diburu oleh para down line (istilah dalam dunia MLM untuk menyebut para penggiat MLM di tingkat bawah) atau network marketer.

Maraknya training motivasi dan pengembangan diri tidak terlepas dari kehadiran MLM di Indonesia yang tepat masuk menjelang krisis moneter. Alhasil buku-buku, seperti Rich Dad Poor Dad, Cashflow Quadrant, Skill with People, Berpikir dan Berjiwa Besar, Financial Revolution langsung mencetak hit sebagai bacaan wajib para network marketer. Sampai kini pun MLM masih menjadi penyumbang angka penjualan buku yang signifikan bagi penerbit ketika buku yang diterbitkan betul-betul pas dengan alam mereka. Fenomena terakhir adalah buku The Secret, Quantum Ikhlas, dan Law of Attraction yang terus mencetak hit karena sangat populer di kalangan MLM untuk memotivasi diri dan mengoptimalkan potensi.

Saya belum memiliki data valid, namun intuisi saya mengatakan bahwa MLM punya pengaruh besar terhadap pasar buku di Indonesia. Anggota mereka bisa terdiri dari ratusan ribu orang. Setiap tahun ada even bulanan yang mengundang ratusan hingga ribuan orang. Saya pernah menyaksikan seorang MLM leader yang mengusung buku di tangannya mampu menyihir 80% dari peserta even untuk segera membeli buku tersebut.

2. Efek TB Gramedia

Efek Toko Buku Gramedia memang tidak bisa dikesampingkan sebagai penyumbang hit utama dalam pasar buku Indonesia. Tahun 2007, menurut sebuah sumber, Gramedia mampu membukukan omzet sekitar Rp7 T (sekitar 40-45% market share nasional). Kita ketahui kini Gramedia telah membuka lebih dari 80 toko seluruh Indonesia dan berambisi menjadi 100 toko pada tahun ini. Gramedia juga punya toko buku kebanggaan yaitu Gramedia Matraman yang merupakan toko buku terbesar di Asia Tenggara.
Efek TB Gramedia sangat ampuh jika buku diletakkan di floor display ataupun display khusus dengan kriteria: buku baru, buku best seller, buku pilihan. Pintu masuk Gramedia menjadi penting untuk mengikat perhatian pengunjung terhadap buku yang diusung. Acara-acara bedah buku di Gramedia juga bisa menjadi magnet manakala diselenggarakan tepat waktu dan tepat sasaran.

Jika sebuah penerbit fokus saja untuk membina hubungan baik dengan Gramedia, paling tidak sudah bisa mendapatkan kue pasar buku Indonesia yang sangat signifikan. Saya kira grup Agro Media salah satunya melejit karena efek TB Gramedia. Beberapa penerbit lain juga terbantu mencetak hit karena ter-display di TB Gramedia.

3. Efek Kick Andy
Efek Kick Andy baru terjadi pada 2007 saat program talkshow populer yang dipandu Andy Noya ini disiarkan Metro TV melejit ratingnya. Andy mengundang tokoh-tokoh yang tidak biasa dan sangat menarik untuk disimak. Alhasil, tokoh-tokoh itu menyentuh juga para pesohor di dunia buku sehingga buku-buku pun bisa terangkat. Andy Noya mungkin mirip dengan Oprah Winfrey meskipun efeknya belum sedahsyat Oprah. Namun, saya percaya pada tahun-tahun ke depan Kick Andy bisa bergandengan dengan banyak penerbit untuk melambungkan sosok tertentu dan buku tertentu. Efek Kick Andy patut diperhitungkan dalam pasar buku Indonesia karena sudah terbukti mampu melejitkan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Beberapa penerbit juga sudah menganggap penting untuk tampil dalam Kick Andy dengan mengusung buku tertentu.

4. Efek Media Cetak
Media cetak juga memberikan efek bagus dalam penjualan buku meskipun tidak sekuat efek yang saya sebutkan tiga pertama. Di antara beberapa media cetak yang sangat berpengaruh adalah Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Majalah Tempo, dan GATRA. Resensi ataupun ulasan buku di media cetak semacam ini patut diperhitungkan oleh para penerbit.. Memang belum ada media cetak memiliki efek seperti New York Times ataupun Publisher Weekly di Amerika dan Eropa yang ranking best seller-nya diperhitungkan banyak orang. Akan tetapi, tampilnya sebuah buku diulas di media cetak nasional, tetaplah menjadi gengsi sekaligus bantuan tersendiri bagi sukses sebuah buku.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, rubrik yang mengulas buku bisa tampil satu halaman penuh. Bahkan, Koran Tempo menurunkan suplemen Ruang Baca setiap bulan sekali dalam format delapan halaman. Kompas juga menurunkan liputan khusus Pustakaloka setiap bulan. Selain itu, rubrik resensi juga bisa muncul dua kali dalam seminggu seperti halnya di Media Indonesia maupun Sindo. Hal ini menyiratkan peran buku semakin diperhitungkan sebagai informasi sekaligus gaya hidup masyarakat modern kini.

5. Efek Pameran Buku IKAPI DKI
Dua pameran buku tersukses yang digelar IKAPI-DKI: Pesta Buku Jakarta dan Islamic Book Fair memberikan efek luar biasa bagi promosi dan penjualan buku. Besarnya efek ini membuat Penerbit Gramedia memborong 32 stan dan Agro Media 15 stan pada even tahun 2008. Ratusan penerbit tidak mendapatkan jatah stan dan masuk daftar tunggu. Efek pameran ini sungguh luar biasa menarik pengunjung bahkan mengalahkan perhelatan bergengsi sejenis seperti Indonesian Book Fair yang digelar oleh IKAPI Pusat di JHCC. Transaksi dari perhelatan IKAPI DKI ini mencapai puluhan miliar rupiah dalam setiap pelaksanaannya dan dikunjungi ratusan ribu orang.

Di luar 5 Pemberi Efek pada pasar buku Indonesia, tentu banyak hal lagi yang berpengaruh, seperti media elektronik (radio dan TV) yang menyediakan ruang talkshow atau bincang buku, pameran-pameran buku di daerah, penulis-penulis populer, selebritas, ulama/pemuka agama, maupun politikus. Namun, saya tidak mengulas semuanya dengan pertimbangan mengusung hanya pemberi efek untuk jangka panjang dan akan terus berkembang. Di samping itu, tentu ada pemikiran lain yang dapat menyumbang informasi tentang efek-efek paling berpengaruh pada pasar buku di Indonesia.
Salam buku!

*) Penulis adalah praktisi perbukuan nasional.

Sumber : www.Ikapi.org






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...